Selasa, 16 Desember 2008

Catch the Butterfly

Kupu-kupu itu hewan cantik, hampir semua orang suka kupu-kupu. Setidaknya gak ada orang yang benci dan menjadikan kupu-kupu sebagai objek penderita dalam mencela orang. Gak ada khan orang yang kesel sambil bilang “Dasar kupu-kupu…”

Ada 2 cara supaya bisa kita tangkap kupu-kupu, cara pertama adalah dengan menggunakan jaring. Cara ini hasilnya cepat kita dapatkan, namun resiko jangka panjangnya lumayan. Kupu-kupu yang gak ketangkep akan bilang begini ke temen-temennya,” Hai teman-temanku, janganlah kamu bermain ke daerah itu. Bahaya, kamu bisa ditangkap.” Dan kemudian ada kupu-kupu yang jawab, “Terlaluuuuuu”, pasti tuh kupu-kupu mirip Om Rhoma Irama.
Dan akhirnya, kupu-kupu pun tidak mau lagi main disana.

Cara kedua, dengan membuat taman dan membiarkan bunga tumbuh subur di taman itu. Otomatis, kupu-kupu akan datang utk menghisap madu dari bunga tersebut. Gak perlu repot ngejar kupu-kupu buat ditangkep, malah kupu-kupu itu dengan ikhlas dan tulus datang menyerahkan dirinya untuk orang yang telah berbuat baik dengan memberi makanan kepadanya.

Mengejar impian juga sama, bisa kita lakukan dengan dua cara. Cara cepat dan cara elegan (bukan berarti lambat loh). Dengan menggunakan cara cepat biasanya selalu saja ada korban. Korban pertama adalah keluarga. Pulang malam dan sedikitnya waktu untuk keluarga membuat jarak sehingga semakin menipiskan rasa sayang untuk orang-orang yang mencintai kita. Padahal alasan kita berjuang adalah untuk mereka, namun kenapa mereka yang harus menjadi korban pertama dalam perjuangan ini.
Cara cepat juga identik dengan dukun bin paranormal. Pasang susuk, pelet, santet dan yang sejenisnya membuat kita lebih cepat mencapai tujuan, walaupun harus mengorbankan sahabat dan orang-orang yang sebenarnya selama ini telah mendukung kita.
Easy come and easy go, cocok banget deh buat siapapun yang membangun kesuksesannya di bawah sebuah pondasi yang rapuh. Pondasi yang dibangun dengan paksaan, kekerasan, kecurangan dan kebohongan. Pondasi seperti ini tidak akan pernah bertahan lama menahan kita untuk selalu ada di atas.

Berikutnya cara elegan. Cara ini bukan berarti lambat, seperti pepatah jawa alon alon asal jangan lupa bayar (khan naik angkot)...jazuz. Cara ini juga butuh akselerasi yang prima. Mungkin akan mengorbankan keluarga, tapi dengan elegan kita harus memaksimalkan waktu yang kita miliki bersama mereka dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang. Komunikasi dimanapun berada, apalagi sekarang ada HP, bisa sms, bisa juga call ke rumah setiap habis waktu shalat (sekaligus mengingatkan mereka yang di rumah khan). Sampai di rumah, peluk dan cium harus menjadi menu utama, juga dengan panggilan-panggilan mesra. Gak masalah khan kalau begitu, indah jadinya, walaupun kita baru nyampe dan harus pergi lagi.
Demikian juga dengan teman di kantor serta sahabat kita. Hubungan baik akan dijaga walau kesibukan terus melanda. Walau sibuk, tapi senyum gak pernah lepas dari muka ketika ketemu orang. Tapi ingat, jangan berlaku seperti di rumah, pake cium dan peluk serta umbar kata mesra kepada teman kantor...bisa-bisa dapet SP3 dari bos karena bosnya merasa tersaingin…
Cara ini tidak memerlukan dukun or paranormal. Hanya butuh sebuah kehangatan, kepercayaan diri yang tinggi dan semangat yang bisa mencerahkan semua orang yang dekat dengan kita. Dan siapapun, yang membangun dirinya dengan cara kedua ini mungkin akan butuh waktu sedikit lama dibandingkan cara pertama. Namun demikian, apa yang dibangun adalah sebuah pondasi yang akan bertahan lama, bahkan sampai kita gak ada sekalipun. Ingat, pasti kita pernah dengar ketika ada orang baik yang meninggal diceritakan kisah hidupnya di depan kita. Energy positif yang kita pancarkan akan memberikan hasil positif juga kepada kita dan kehidupan.

Ya, semua modal untuk sukses sudah kita miliki. Hanya butuh sebuah keyakinan yang kuat bahwa kita bisa hidup dengan meninggalkan sebuah karya terbaik. Salam….

Tidak ada komentar: