Jumat, 20 November 2009

Mengemis pun Harus Pake Strategi

Setiap ba’da shalat subuh, saya berangkat ke warung di Citayam…biasanya naik kereta atau motor, tergantung lagi pingin naik yang mana. Nah, kalau naik kereta khan harus beli karcis tuh, seharga Rp. 1.500,- untuk bisa menempuh jarak sekitar 5 Km. Nah, menariknya….ada seorang nenek tua (ya iyalah…nenek harusnya tua, kl nenek muda berarti karbitan tuh tuanya) menengadahkan tangan kanannya yang memegang sebuah wadah dari streofoam. Ya, maksudnya dia meminta sebagian atau seluruhnya uang yang ada sama pengguna kereta di sta.Depok Baru. Hal ini sebenernya merupakan hal biasa, namun pasti selalu ada pelajaran dari hal terkecil yang kita temui dalam aktifitas sehari-hari.

Sempet saya berfikir, “Kayaknya posisi si nenek kurang strategis deh”. Namun setelah dipelajari lagi ternyata si nenek sudah menempati posisi yang paling strategis yang mungkin dia miliki. Kita liat yuk dari denah lokasi mangkalnya sang nenek.



1.Si nenek jongkok/duduk di tiang listrik yang disampingnya ada pagar pembatas dengan rel di jalur 3. Kondisi ini memungkinkan nenek bisa menyender dan kalau perlu tidur di lokasi itu untuk menghindari kelelahan akibat lamanya dia bertahan di tempatnya. Tapi saran saya nek, bawa payung biar pas hujan nenek tetep bisa mangkal di tempatnya dan kalau perlu nyambi jadi tukang ojek payung.

2.Tempat mangkal si nenek terletak di 3 jalur perlintasan orang; orang yang mau ke Bogor – yang mau ke Jakarta tp datang lewat barat – yang nyebrangin rel tapi tidak mau naik kereta. Demikian juga sebaliknya ketika ada penumpang turun dari kereta. Lokasi ini membuat nenek punya potensi pasar yang baik.

3.Pagi-pagi si nenek udah mangkal. Hal positif nih bagi yang berinfak, si nenek memfasilitas orang-orang yang mau memulai harinya dengan berinfak.

4.Nenek duduk dekat loket penjualan karcis. Mungkin ada pengguna kereta yang punya kembalian, bisa langsung menginfakkan kembalian tersebut ke si nenek. Oke khan? Tapi nek, lebih oke kalau nenek bisa mangkal di bioskop. Berdiri di samping counter penjualan tiket film 2012, lumayan tuh nek kembaliannya. Lagian kalau filmnya berhasil membuat takut si penonton akan musibah yang mungkin terjadi di bumi ini, si penonton tersebut dijamin bakal infak lebih banyak lagi toh…hehehe.

Entah disengaja atau tidak, tapi si nenek sudah memiliki strategi terbaik yang bisa dia lakukan. Sedangkan kita atau mungkin bisnis kita? Sudahkah memiliki strategi-strategi yang terbaik dalam hidup kita? Sudahkah kita menjadi bagian dari kehidupan orang lain yang sulit dipisahkan karena memiliki dampak positif bagi kehidupan mereka. Minimal pelajaran dari peristiwa ini, sudahkah kita berbagi dengan nenek-nenek yang lain, yang keadaannya tidak seperti nenek-nenek kita?

Have a nice and amazing day…

Rabu, 18 November 2009

Jadi Orang Pasar

Sudah 2 minggu lebih aku jadi orang pasar, jualan di warung gantiin ibu mertua yang berangkat haji. Ibu mertua punya kios di samping stasiun Citayam Depok, jualan barang-barang keperluan pedagang buah yang setiap pagi ngumpul di samping stasiun itu. Mereka ngumpul bukan karena arisan, tapi karena di stasiun ini banyak buah-buahan yang langsung dibawa dari petani, semacam grosir buahlah. Yang belanja disini banyak pedagang keliling, dan warung ibu mertuaku ini menjual keranjang buah, pikulan, tambang, plastic, dll. Jualannya sebentar, berangkat dari rumah jam 5 pagi dan tutup jam 8.30.

Jualannya sendiri mengasyikkan walau sekarang banyak uangku keluar untuk stok biar pas musim buah nanti aku bisa memenuhi permintaan. Sekarang malah aku bikin catatan transaksi untuk warung ini walau belum sempet stock opname. Alhamdulillah, gak ada masalah dalam manajemen..bahkan sebaliknya ada perbaikan.

Yang paling susah tuh adaptasi sama gaya pasarnya. Gaya ngutang, ceplas ceplos, nawar yang gak kira-kira, dan gak klopnya gaya ku sama lingkungan. Kadang aku ngerasa kayak jadi tukang kredit karena dari segi penampilan jadi yang paling rapi di antara mereka. Beruntung mereka orang-orang yang baik, gak protes kalau aku pake baju kerapihan…apa urusannya juga mereka protes ya..hehehe

Itulah istimewanya bisnis. Kita diajari untuk bisa seperti ikan laut, hidup di air yang asin tapi dagingnya tidak terasa asin sedikitpun. Bisnis mengajarkan kita untuk pintar beradaptasi dengan lingkungan tempat kita berada, dan itu harus dilakukan kalau mau bisnisnya sukses. Untuk sukses, kita harus mampu membeli hati pelanggan dan baru pelanggan akan membeli produk kita. Bukannya mengikuti semua keinginan pelanggan ya, tapi tepatnya menyesuaikan dengan keinginan pelanggan tanpa kehilangan standar yang kita inginkan.

Aku ngerasa belum sepenuhnya bisa connect sama mereka. Memang, sudah ada beberapa pedagang yang pernah ngobrol dan curhat, tapi baru sedikit. Perjalanan masih panjang, dan aku harus bisa membuat warung ini lebih baik lagi. Apalagi kata ibu mertua, warung ini bakal diserahin pengelolaannya ke aku…lumayan, jualan hanya sekitar 3 ½ jam tapi dapet duit buanyaaakk...hehehe

Have an amazing day…