Kisah ini mungkin sudah familiar buat kita. Di sebuah desa yang sedang dilanda banjir besar, terdapat seorang alim. Semua orang sibuk untuk menyelamatkan dirinya masing-masing. Ada yang naik ke bukit, pohon, dan tempat-tempat tinggi lainnya. Si alim ini memilih untuk naik ke atap rumahnya sampai mendapatkan pertolongan yang ia harapkan datang dari Tuhannya.
Ketika banjir hampir menenggelamkan sebagian besar rumahnya, dan hanya menyisakan atap tempat si alim tersebut, datanglah tim SAR menggunakan perahu karet untuk menolong semua korban yang belum sempat ditolong, termasuk si alim. Ketika diajak untuk naik ke atas perahu karet, maka si alim menjawab “Aku sedang menunggu pertolongan dari Tuhanku”. Tim penolong pun lantas pergi.
Tidak berapa lama kemudian saat banjir sudah setinggi pinggang si alim, datang tim penolong berikutnya yang menggunakan perahu bermesin. Mereka mengajak si alim untuk ikut naik ke perahu, namun jawaban yang keluar yaitu “Aku menunggu pertolongan dari Tuhanku. Aku yakin Tuhan akan menolongku”.
Banjir semakin meninggi. Air sudah menyentuh dada si alim dan pertolongan Tuhan yang diharapkan si alim belum datang juga. Kemudian tidak berapa lama, datanglah tim penolong berikutnya yang menggunakan helicopter. Mereka mengulurkan tali kepada si alim agar naik dan menyelamatkan diri dari banjir yang akan menenggelamkan desa. Sambil berusaha untuk tetap berada di atas permukaan air, si alim berkata kepada tim penolong, “Aku yakin Tuhan akan menolongku, dan aku tidak butuh pertolongan kalian.” Mendengar si alim berkata demikian, maka tim penolong terus mencoba merayu namun si alim tidak juga mau menggapai tali yang diulurkan.
Banjir semakin tinggi, yang akhirnya menenggelamkan si alim yang terus bertahan menunggu pertolongan Tuhan. Singkatnya, di akhirat si alim ditanya oleh malaikat mengenai penyebab kematiannya.
“Saya tewas karena tenggelam saat banjir datang di desa saya”, jawab si alim.
“Apakah ada yang mau menolong kamu?”, Tanya malaikat.
“Ada, sekelompok orang mencoba menolongku sampai 3 kali.”
“Lalu mengapa engkau mengabaikan pertolongan mereka?” Tanya mailaikat lanjutnya.
“Saya menunggu pertolongan dari Tuhan, bukan dari manusia. Karena saya yakin Tuhan akan menolong saya, karena saya juga rajin beribadah”, jawab si alim.
Malaikat menjawab,” Tahukah kamu, Tuhan telah mengutus orang-orang yang datang kepadamu untuk menyelamatkanmu. Begitulah cara-Nya menolong hamba-Nya.”
Tuhan tidak akan membuat kita tenggelam dalam kesulitan hidup, dosa, dan semua peristiwa yang menyesakkan dada kita, demikian juga terhadap kesenangan yang kita anggap sebagai sebuah anugrah. Tuhan terlalu sayang kepada kita. Namun kita terkadang kita sendirilah yang mengabaikan kasih sayang Tuhan dengan bertindak bodoh. Saat masalah datang, ingatlah bahwa Tuhan bersiap untuk menolong kita. Hanya dengan mengangkat tangan, dan memohon pertolongannya, maka yakinlah pertolongan yang diharapkan akan datang melalui cara yang Dia suka.