Berteman dengan penjual minyak wangi,bakal kena wanginya. Berteman dengan pandai besi, bakal kena panasnya. Bagaimana jika berteman dengan penjagal? Bakal cepet masuk surga / neraka tuh…hehehe.
Nama Ryan akhir-akhir ini banyak disebut di media massa, yang akhirnya membawa seorang laki-laki kalem itu menjadi tenar. Sebuah ketenaran yang akan mengantarkannya kepada eksekusi hukuman mati, mungkin. Sampai hari ini, sudah 11 orang yang ditemukan tewas karena aksi sadis pria yang dianggap memiliki kelainan seksual ini. Motif sementara yang diungkap pemuda yang juga mengajar ngaji ini adalah cemburu, mungkin ada motif lain tapi kita tidak akan banyak berdiskusi soal itu.
Yang menarik, semua korban merupakan teman dan mengenal Ryan dengan baik. Karena itulah, Ryan hanya menggunakan benda tumpul sebagai alat untuk membuat korbannya tidak sadar dan kemudian dikubur di belakang rumahnya. Suatu saat, Ryan menjadi teman yang baik namun pada akhirnya Ryan menutup kisah hidup teman-temannya dengan cerita yang menggemparkan. Ryan telah menutup impian, harapan, dan cita-cita para korbannya.
Semoga hanya ada satu Ryan yang melakukan pembunuhan sesadis itu. Namun ternyata, ada banyak Ryan disekitar kita. Mereka tidak menghilangkan nyawa tapi telah membunuh impian, cita-cita, harapan dan keinginan kita untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Ryan-Ryan itu ada disekitar kita, yang mungkin sedang menemani anda membaca blog ini. Ya, mereka adalah orang-orang yang kita pilih untuk menjadi teman, sahabat, pasangan hidup, atau bahkan keluarga kita sendiri.
Walau pada kenyataannya menghilangkan nyawa manusia adalah sebuah dosa besar, tapi menghilangkan impian manusia juga bisa mengkerdilkan hidup seseorang dan menjadikannya manusia tak berdaya selama hidupnya, seperti mayat berjalan. Karena yang membedakan antara manusia hidup dan mati adalah hidup itu sendiri.
Hidup memiliki beberapa sifat yang melekat padanya, seperti semangat, impian, harapan, keinginan untuk maju, dan lainnya. Sedangkan orang yang mati tidak memiliki sifat-sifat itu, melainkan hanya sebuah tubuh yang tidak memiliki daya apa-apa. Jadi manusia yang hidup secara lahiriah, tapi dalam tubuhnya tidak memiliki semangat, keinginan, dan sifat-sifat yang dimiliki orang yang hidup, bisa kita anggap dia sedang mati. Ya, sebagai contoh saat kita tidur. Tidur merupakan gladi resik dari sebuah proses kematian. Saat jiwa sedang tidak berada pada tempatnya, dan tubuhpun bereaksi dengan tidak melakukan banyak gerakan. Tidak ada aktifitas signifikan yang dilakukan saat tidur. Tapi kalau tidur dan bermimpi basah, itu sepertinya berbeda deh…hehehe.
Mungkin tidak ada atau sangat jarang sekali ada manusia yang lahiriahnya hidup tapi tidak memiliki sama sekali harapan atau semangat. Harapan dan semangat itu mungkin merupakan bagian dari manusia itu sendiri, namun persentasenya yang berbeda satu dengan yang lain. Ada yang semangatnya menggebu-gebu dalam mencapai harapan, ada yang setengah-setengah dan ada yang tidak bersemangat sama sekali.
Kembali kepada relasi antara teman dengan impian kita. Masih ingat cerita mengenai anak elang yang dipelihara ibu ayam? Karena lingkungannya saat berkembang, maka si anak elang tidak dapat terbang seperti elang lainnya, melainkan sifatnya lebih mirip ayam. Lingkungan menjadikan seseorang sebagaimana lingkungan itu sendiri.
Teman kita, adalah gambaran akan seperti apa hidup kita ke depannya. Sebuah keputusan untuk memilih teman yang baik, adalah berdampak kepada cerahnya masa depan kita. Begitu pula sebaiknya. Namun ada sebuah syarat jika kita ingin mendapatkan sebanyak mungkin teman yang baik, yang akan mendukung mimpi-mimpi positif kita. Syarat tersebut adalah, kita harus menjadi orang baik. Standar jadi orang baik mungkin sulit dibuat tegas ya, namun secara umum orang baik adalah orang yang menjadikan nilai-nilai positif sebagai landasan dalam hidupnya, walau nilai-nilai tersebut belum tentu sepenuhnya diaplikasikan oleh kita. Itu butuh proses, namun berteman dengan sesama orang baik akan mempercepat proses tersebut. So, hati-hati dengan teman-teman kita.
Selasa, 29 Juli 2008
Senin, 28 Juli 2008
Manusia, makhluk paling unik di dunia
Cerita ini berkaitan dengan pekerjaan saya sebagai konsultan di Masjid Jami’ Bintaro Jaya. Sejak April 2008, saya menjalankan sebuah program pemberdayaan ekonomi bagi pengusaha kecil di wilayah Bintaro dan sekitarnya bersama Masjid Jami’ Bintaro Jaya. Namanya PMM, singkatan dari Pinjaman Mikro Masjid. Bertujuan untuk membantu para pengusaha kecil dari ekses kenaikan harga BBM, persaingan, pengelolaan usaha yang kurang baik dan peningkatan kebutuhan hidup lainnya dengan cara memberikan pinjaman ringan dan pendampingan usaha.
Di 3 bulan pertama, dengan segala kekurangan program ini dianggap berhasil. Penilaiannya berdasarkan NPL (non performing loan) yang hanya 2 %, yang dibuat oleh hanya 1 orang dari 17 orang yang dibina. Nah, kita bilang aja Mr.M ya, biar tidak dianggap mengumbar aib.
Tentu saja, sebagai pelaksana kami ingin program ini sempurna, tanpa ada tunggakan sedikitpun. Namun apa daya, tunggakan Mr.M membuat sedikit noda yang insya Allah bisa terhapus. Mr.M pinjam 1 juta, dan pada Juni lalu ia sudah menunggak Rp.400.000,- dari Rp.700.000 yang harusnya dibayar. Saya sudah mendatangi rumah yang sekaligus merupakan tempat dagangnya, tapi tidak bertemu Mr.M, yang ada Mrs.M. Tanpa ragu, Mrs.M langsung mengeluarkan pernyataan bahwa ia dan Mr.M sedang menunggak. Pernyataan yang seharusnya keluar dari mulut saya. Sudah begitu, kata-katanya tidak diiringi kata maaf dan tanpa kata janji kapan mau dilunasi. Setelah pertemuan itu, saya tidak pernah mendapatkan konfirmasi dan laporan dari Mr.M akan janjinya.
Sesudah itu, kami berupaya dengan cara lain. Karena diketahui bahwa Mr.M selalu pulang malam karena sedang ada proyek di daerah Bintaro, maka sulit buat saya untuk menemui Mr.M di malam hari. Akhirnya saya berinisiatif untuk membuat surat yang akan dikirimkan kepada Mr.M agar dibaca dan direnungkan dalam-dalam. Namun karena harus berkoordinasi dengan pihak Masjid, maka konsep suratnya dibuat oleh Pemutus dalam program ini. Tujuan surat adalah untuk menggugah Mr.M menyelesaikn angsuran, maka dikeluarkanlah hadist-hadist yang berkenaan dengan pinjam meminjam.
Jum’at kemarin, tanggal 25 Juli untuk pertama kalinya sejak penunggakan ini terjadi, saya bertemu Mr.M. ya, langsung dong didatangin, masa ya langsung lah…hehehe. Mimik mukanya Mr.M itu loh, gak enak banget diliat. Saya coba ulurkan tangan untuk berjabatan, namun dilewatkan begitu saja sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas terdengar. Yang jelas, kelihatannya dia marah dan mulutnya monyong-monyong begitu. Mulut yang aneh…
Saya terus mengikuti Mr.M yang terus pula mengucapkan kata-kata yang tidak jelas. Rupanya dia tidak suka dikirimi surat. Mungkin Mr.M lebih suka bila dikirimi amplop atau bunga. Ya, begitulah. Dalam pertemuan yang singkat itu hanya Mr.M yang banyak bicara mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas bagi seseorang yang mengaku tahu agama. Lucunya, Mr.M bilang bahwa ia sanggup melunasi hutangnya saat itu juga, namun sampai tulisan ini dipublikasikan, belum ada penambahan angsuran darinya.
Mr.M telah merampas skrip (dialog) yang seharusnya saya mainkan. Yang harusnya marahkan saya karena meminjamkan uang tapi belum dibayar sesuai waktu. Ya, saya harusnya bersyukur karena tidak sampai marah. Kalau ikutan marah, tambah jauh deh peluang angsuran itu dibayar.
Perilaku ini menunjukkan keunikan manusia yang bisa seperti hewan, bunglon. Sebelum meminjam, tampang dan perkataannya manis sekali. Tapi kalau sudah dikasih pinjaman, apalagi pas nunggak, weleh..weleh, mukanya itu loh gak nahan. Sebenarnya, kalau dia bilang baik-baik belum bisa bayar, khan enak. Dasar manusia….(keluhan utk diri sendiri juga)
Gambar : Agus Faizin, nasabah PMM yang baik. Bukan Mr.M loh
Di 3 bulan pertama, dengan segala kekurangan program ini dianggap berhasil. Penilaiannya berdasarkan NPL (non performing loan) yang hanya 2 %, yang dibuat oleh hanya 1 orang dari 17 orang yang dibina. Nah, kita bilang aja Mr.M ya, biar tidak dianggap mengumbar aib.
Tentu saja, sebagai pelaksana kami ingin program ini sempurna, tanpa ada tunggakan sedikitpun. Namun apa daya, tunggakan Mr.M membuat sedikit noda yang insya Allah bisa terhapus. Mr.M pinjam 1 juta, dan pada Juni lalu ia sudah menunggak Rp.400.000,- dari Rp.700.000 yang harusnya dibayar. Saya sudah mendatangi rumah yang sekaligus merupakan tempat dagangnya, tapi tidak bertemu Mr.M, yang ada Mrs.M. Tanpa ragu, Mrs.M langsung mengeluarkan pernyataan bahwa ia dan Mr.M sedang menunggak. Pernyataan yang seharusnya keluar dari mulut saya. Sudah begitu, kata-katanya tidak diiringi kata maaf dan tanpa kata janji kapan mau dilunasi. Setelah pertemuan itu, saya tidak pernah mendapatkan konfirmasi dan laporan dari Mr.M akan janjinya.
Sesudah itu, kami berupaya dengan cara lain. Karena diketahui bahwa Mr.M selalu pulang malam karena sedang ada proyek di daerah Bintaro, maka sulit buat saya untuk menemui Mr.M di malam hari. Akhirnya saya berinisiatif untuk membuat surat yang akan dikirimkan kepada Mr.M agar dibaca dan direnungkan dalam-dalam. Namun karena harus berkoordinasi dengan pihak Masjid, maka konsep suratnya dibuat oleh Pemutus dalam program ini. Tujuan surat adalah untuk menggugah Mr.M menyelesaikn angsuran, maka dikeluarkanlah hadist-hadist yang berkenaan dengan pinjam meminjam.
Jum’at kemarin, tanggal 25 Juli untuk pertama kalinya sejak penunggakan ini terjadi, saya bertemu Mr.M. ya, langsung dong didatangin, masa ya langsung lah…hehehe. Mimik mukanya Mr.M itu loh, gak enak banget diliat. Saya coba ulurkan tangan untuk berjabatan, namun dilewatkan begitu saja sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas terdengar. Yang jelas, kelihatannya dia marah dan mulutnya monyong-monyong begitu. Mulut yang aneh…
Saya terus mengikuti Mr.M yang terus pula mengucapkan kata-kata yang tidak jelas. Rupanya dia tidak suka dikirimi surat. Mungkin Mr.M lebih suka bila dikirimi amplop atau bunga. Ya, begitulah. Dalam pertemuan yang singkat itu hanya Mr.M yang banyak bicara mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas bagi seseorang yang mengaku tahu agama. Lucunya, Mr.M bilang bahwa ia sanggup melunasi hutangnya saat itu juga, namun sampai tulisan ini dipublikasikan, belum ada penambahan angsuran darinya.
Mr.M telah merampas skrip (dialog) yang seharusnya saya mainkan. Yang harusnya marahkan saya karena meminjamkan uang tapi belum dibayar sesuai waktu. Ya, saya harusnya bersyukur karena tidak sampai marah. Kalau ikutan marah, tambah jauh deh peluang angsuran itu dibayar.
Perilaku ini menunjukkan keunikan manusia yang bisa seperti hewan, bunglon. Sebelum meminjam, tampang dan perkataannya manis sekali. Tapi kalau sudah dikasih pinjaman, apalagi pas nunggak, weleh..weleh, mukanya itu loh gak nahan. Sebenarnya, kalau dia bilang baik-baik belum bisa bayar, khan enak. Dasar manusia….(keluhan utk diri sendiri juga)
Gambar : Agus Faizin, nasabah PMM yang baik. Bukan Mr.M loh
Langganan:
Postingan (Atom)