The Journey
A Journey to my dream...
Senin, 27 Februari 2012
Kamis, 23 Februari 2012
PERHATIKANLAH MAKANANMU
Gak ada kisah hari ini sih,lebih tepatnya memang sedikit aktifitas yang dilakukan. Tapi ada satu kisah yang menurutku perlu dishare sama temen-temen. Tentang sebuah kunjungan ke orang tua nasabahku. Siapkan kopi dan makanan ringan....:-P
Sudah hampir 2 minggu polis Takaful Pendidikan atas nama Mufid Amali ada di tanganku. Yang harusnya segera diserahkan, namun sulit ketemu karena yang berangsangkutan selalu keluar pada hari libur. Akhirnya aku ambil keputusan untuk menitipkan ke orang tuanya, ibu Susi yang saya hormati, yang tinggal disebelah rumah mas Mufid.
Untuk kali kedua bertemu, obrolan hangat muncul dari mulut wanita berumur sekitar 64 tahun ini. Beliau masih semangat dan aktifitasnya luar biasa dalam dunia pendidikan anak-anak terutama TK. Kreatifitasnya juga tidak kalah dengan yang muda. Kagum dengan pengalamannya, aku pun banyak melontarkan pertanyaan kepada beliau.
Salah satunya adalah tentang penyakit. Alhamdulillah, di usia senja beliau tidak memiliki penyakit yang berbahaya seperti yang diderita orang tua seusianya. Tentu aku tertarik dengan rahasianya. Ternyata rahasia beliau adalah memperhatikan makanan dan minuman yang masuk ke tubuhnya. Beliau tidak meminum air dingin, tidak menyukai air soda, teh dalam kemasan kecuali terpaksa, memaksa tanpa menggunakan penyedap rasa, memakan hanya makanan yang bisa diterima tubuhnya, dan jarang sekali memakan mie instan.
Semua itu hal yang lumrah dilakukan oleh orang jaman sekarang, yang pada akhirnya dengan mudah sekali terjangkit penyakit bahkan diusia muda. Allah SWT telah mewanti-wanti kita lewat surat Abasa (80) ayat 24:
Teman, yuk kita lebih perhatikan makanan yang masuk ke tubuh kita sesuai anjuran Allah SWT di atas. Layaknya oli untuk mesin sepeda motor, kalau olinya kita campur dengan minyak jelantah insya Allah akan mengakibatkan kerusakan walau tidak saat itu juga. Begitu juga dengan tubuh kita. Jika masuk makanan yang tidak baik, terlalu banyak dan mengandung banyak zat asingnya, tentu akan berdampak kepada tubuh kita. Enak dan mahal belum tentu sehat. Jangan sampai kita keluar uang banyak untuk makanan yang akhirnya menyeret kita untuk lebih banyak lagi mengeluarkan uang buat biaya berobat...waspadalah...waspadalah.
Semoga bermanfaat,
Rabu, 22 Februari 2012
MENEBAR SALAM
Membangun ukhuwah bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Pengalaman kemarin malam, saat pulang dari rumah agen di Cilodong luput diceritakan.
Hujan kembali mengguyur Depok,kayak air dijatuhin dari atas pake ember besar. Aku yang lagi asyik mengendarai si hitam,mutusin untuk mencari tempat berteduh dibawah sebuah lapak. Sepertinya, lapak ini pernah dipakai jualan malam hari tapi karena sesuatu dan lain hal,malam ini lapak tersebut gak dipakai.
Awalnya, temenku adalah seorang anak muda,..ABG. Cowok...hmmm,gak perlu dideskripsikan lagi lah ya alay atau bukan...hehehe. Gak berapa lama, sebuah vario combi putih datang dengan seorang laki-laki yang tergesa ikut mencari perlindungan di bawah lapak. Setelah beberapa saat, setelah melihat pendatang baru tersebut sudah menyesuaikan dengan lapak gelap yg ditempatinya, barulah aku mulai menebar senyum. Walau gelap, orang lain masih bisa melihat senyumku karena gigiku. Gak penting...
Setelah senyuman, mulai aku berinteraksi dengannya lewat sebuah pernyataan,"hujan terus ya pak sore ini". Setelah itupun,pembicaraan berlangsung hangat mengalahkan rasa dingin yang timbul dari hawa hujan malam itu. Tanya pekerjaan, anak dan lain-lain. Kebetulan, pak Nanto, orang yang ngobrol denganku malam itu kerja di sanyo. Perusahaan yang tidak asing lagi dan alhamdulillah melalui mas Roy, mba Lita dan mas Sugeng, banyak nasabah Takaful dari perusahaan itu.
Hujan sedikit reda, dan kami memutuskan berpisah setelah sebelumnya berbagi nomor telepon. Sebuah salam terucap dari mulutnya, dan aku balas dengan jawaban yang sama.
Tidak disangka, dari sebuah kejadian kita bisa mendapatkan banyak sekali. Andai aku hanya diam,tentu gak akan mengenal mas Nanto dan berbagi kebaikan dengan beliau. Selain itu, jika setiap hari kita beranikan diri untuk menyapa orang baru, maka dalam setahun kita akan memiliki 360 orang teman baru. Ukhuwah tercipta, peluang dan pintu rezeki terbuka. Inilah yang dulu Rasulullah SAW anjurkan untuk dilakukan umatnya...
Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Hendaklah engkau memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak.”
(HR Bukhary)
Sebarkan salam, jalin ukhuwah dan rajut kebangkitan Islam...
Semoga bermanfaat,
Selasa, 21 Februari 2012
MEMBALAS KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN
Jumat, 20 November 2009
Mengemis pun Harus Pake Strategi
Sempet saya berfikir, “Kayaknya posisi si nenek kurang strategis deh”. Namun setelah dipelajari lagi ternyata si nenek sudah menempati posisi yang paling strategis yang mungkin dia miliki. Kita liat yuk dari denah lokasi mangkalnya sang nenek.
1.Si nenek jongkok/duduk di tiang listrik yang disampingnya ada pagar pembatas dengan rel di jalur 3. Kondisi ini memungkinkan nenek bisa menyender dan kalau perlu tidur di lokasi itu untuk menghindari kelelahan akibat lamanya dia bertahan di tempatnya. Tapi saran saya nek, bawa payung biar pas hujan nenek tetep bisa mangkal di tempatnya dan kalau perlu nyambi jadi tukang ojek payung.
2.Tempat mangkal si nenek terletak di 3 jalur perlintasan orang; orang yang mau ke Bogor – yang mau ke Jakarta tp datang lewat barat – yang nyebrangin rel tapi tidak mau naik kereta. Demikian juga sebaliknya ketika ada penumpang turun dari kereta. Lokasi ini membuat nenek punya potensi pasar yang baik.
3.Pagi-pagi si nenek udah mangkal. Hal positif nih bagi yang berinfak, si nenek memfasilitas orang-orang yang mau memulai harinya dengan berinfak.
4.Nenek duduk dekat loket penjualan karcis. Mungkin ada pengguna kereta yang punya kembalian, bisa langsung menginfakkan kembalian tersebut ke si nenek. Oke khan? Tapi nek, lebih oke kalau nenek bisa mangkal di bioskop. Berdiri di samping counter penjualan tiket film 2012, lumayan tuh nek kembaliannya. Lagian kalau filmnya berhasil membuat takut si penonton akan musibah yang mungkin terjadi di bumi ini, si penonton tersebut dijamin bakal infak lebih banyak lagi toh…hehehe.
Entah disengaja atau tidak, tapi si nenek sudah memiliki strategi terbaik yang bisa dia lakukan. Sedangkan kita atau mungkin bisnis kita? Sudahkah memiliki strategi-strategi yang terbaik dalam hidup kita? Sudahkah kita menjadi bagian dari kehidupan orang lain yang sulit dipisahkan karena memiliki dampak positif bagi kehidupan mereka. Minimal pelajaran dari peristiwa ini, sudahkah kita berbagi dengan nenek-nenek yang lain, yang keadaannya tidak seperti nenek-nenek kita?
Have a nice and amazing day…
Rabu, 18 November 2009
Jadi Orang Pasar
Sudah 2 minggu lebih aku jadi orang pasar, jualan di warung gantiin ibu mertua yang berangkat haji. Ibu mertua punya kios di samping stasiun Citayam Depok, jualan barang-barang keperluan pedagang buah yang setiap pagi ngumpul di samping stasiun itu. Mereka ngumpul bukan karena arisan, tapi karena di stasiun ini banyak buah-buahan yang langsung dibawa dari petani, semacam grosir buahlah. Yang belanja disini banyak pedagang keliling, dan warung ibu mertuaku ini menjual keranjang buah, pikulan, tambang, plastic, dll. Jualannya sebentar, berangkat dari rumah jam 5 pagi dan tutup jam 8.30.
Jualannya sendiri mengasyikkan walau sekarang banyak uangku keluar untuk stok biar pas musim buah nanti aku bisa memenuhi permintaan. Sekarang malah aku bikin catatan transaksi untuk warung ini walau belum sempet stock opname. Alhamdulillah, gak ada masalah dalam manajemen..bahkan sebaliknya ada perbaikan.
Yang paling susah tuh adaptasi sama gaya pasarnya. Gaya ngutang, ceplas ceplos, nawar yang gak kira-kira, dan gak klopnya gaya ku sama lingkungan. Kadang aku ngerasa kayak jadi tukang kredit karena dari segi penampilan jadi yang paling rapi di antara mereka. Beruntung mereka orang-orang yang baik, gak protes kalau aku pake baju kerapihan…apa urusannya juga mereka protes ya..hehehe
Itulah istimewanya bisnis. Kita diajari untuk bisa seperti ikan laut, hidup di air yang asin tapi dagingnya tidak terasa asin sedikitpun. Bisnis mengajarkan kita untuk pintar beradaptasi dengan lingkungan tempat kita berada, dan itu harus dilakukan kalau mau bisnisnya sukses. Untuk sukses, kita harus mampu membeli hati pelanggan dan baru pelanggan akan membeli produk kita. Bukannya mengikuti semua keinginan pelanggan ya, tapi tepatnya menyesuaikan dengan keinginan pelanggan tanpa kehilangan standar yang kita inginkan.
Aku ngerasa belum sepenuhnya bisa connect sama mereka. Memang, sudah ada beberapa pedagang yang pernah ngobrol dan curhat, tapi baru sedikit. Perjalanan masih panjang, dan aku harus bisa membuat warung ini lebih baik lagi. Apalagi kata ibu mertua, warung ini bakal diserahin pengelolaannya ke aku…lumayan, jualan hanya sekitar 3 ½ jam tapi dapet duit buanyaaakk...hehehe
Have an amazing day…
Selasa, 06 Januari 2009
Bundaku, sabar ya...
Kami 3 bersaudara, aku anak pertama dan yang kedua sudah bekerja. Tinggal yang bontot baru masuk kuliah di UNJ. Yang nikah baru aku sendiri, insya Allah Juni adekku yang kedua nyusul. Nah, hebatnya bundaku itu...beliau berjuang menyekolahkan kami sendirian. Ya, karena sekitar tahun 1997 bapakku pergi dari rumah dan menceraikan bundaku yang tidak memiliki penghasilan tetap. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi kami saat itu.
Syukur alhamdulillah, orang tua bunda punya banyak peninggalan yang pada akhirnya digunakan untuk membiayai kehidupan kami. Kami semua dikuliahkan di PTN, dan alhamdulillah sampai bisa kebeli rumah yang bunda dan adek-adekku tinggali. Perjuangan yang berat...
Sekarang, saatnya kami sebagai anak untuk membalas semua kebaikan yang sebenarnya takkan pernah tergantikan. Bunda masih punya banyak keinginan, slaah satunya untuk bisa naik haji lagi bersama anaknya, dan aku berharap dan yakin bisa mewujudkan mimpi bunda tersebut. Aku berharap, sebuah senyuman tanda syukur bisa terukir di wajahnya karena bahagia telah membesarkan anak-anak yang hebat dan berbakti. Ya, kami sebagai anak tentunya punya banyak kesalahan kepada bunda, yang mungkin tidak bisa terhapus hanya dengan doa dan harapan, melainkan dengan sebuah kebaikan dan tindakan nyata. Ya Allah, berikanlah kami kekuatan untuk membalas kebaikan bunda kami.