Senin, 28 Juli 2008

Manusia, makhluk paling unik di dunia

Cerita ini berkaitan dengan pekerjaan saya sebagai konsultan di Masjid Jami’ Bintaro Jaya. Sejak April 2008, saya menjalankan sebuah program pemberdayaan ekonomi bagi pengusaha kecil di wilayah Bintaro dan sekitarnya bersama Masjid Jami’ Bintaro Jaya. Namanya PMM, singkatan dari Pinjaman Mikro Masjid. Bertujuan untuk membantu para pengusaha kecil dari ekses kenaikan harga BBM, persaingan, pengelolaan usaha yang kurang baik dan peningkatan kebutuhan hidup lainnya dengan cara memberikan pinjaman ringan dan pendampingan usaha.

Di 3 bulan pertama, dengan segala kekurangan program ini dianggap berhasil. Penilaiannya berdasarkan NPL (non performing loan) yang hanya 2 %, yang dibuat oleh hanya 1 orang dari 17 orang yang dibina. Nah, kita bilang aja Mr.M ya, biar tidak dianggap mengumbar aib.

Tentu saja, sebagai pelaksana kami ingin program ini sempurna, tanpa ada tunggakan sedikitpun. Namun apa daya, tunggakan Mr.M membuat sedikit noda yang insya Allah bisa terhapus. Mr.M pinjam 1 juta, dan pada Juni lalu ia sudah menunggak Rp.400.000,- dari Rp.700.000 yang harusnya dibayar. Saya sudah mendatangi rumah yang sekaligus merupakan tempat dagangnya, tapi tidak bertemu Mr.M, yang ada Mrs.M. Tanpa ragu, Mrs.M langsung mengeluarkan pernyataan bahwa ia dan Mr.M sedang menunggak. Pernyataan yang seharusnya keluar dari mulut saya. Sudah begitu, kata-katanya tidak diiringi kata maaf dan tanpa kata janji kapan mau dilunasi. Setelah pertemuan itu, saya tidak pernah mendapatkan konfirmasi dan laporan dari Mr.M akan janjinya.

Sesudah itu, kami berupaya dengan cara lain. Karena diketahui bahwa Mr.M selalu pulang malam karena sedang ada proyek di daerah Bintaro, maka sulit buat saya untuk menemui Mr.M di malam hari. Akhirnya saya berinisiatif untuk membuat surat yang akan dikirimkan kepada Mr.M agar dibaca dan direnungkan dalam-dalam. Namun karena harus berkoordinasi dengan pihak Masjid, maka konsep suratnya dibuat oleh Pemutus dalam program ini. Tujuan surat adalah untuk menggugah Mr.M menyelesaikn angsuran, maka dikeluarkanlah hadist-hadist yang berkenaan dengan pinjam meminjam.

Jum’at kemarin, tanggal 25 Juli untuk pertama kalinya sejak penunggakan ini terjadi, saya bertemu Mr.M. ya, langsung dong didatangin, masa ya langsung lah…hehehe. Mimik mukanya Mr.M itu loh, gak enak banget diliat. Saya coba ulurkan tangan untuk berjabatan, namun dilewatkan begitu saja sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas terdengar. Yang jelas, kelihatannya dia marah dan mulutnya monyong-monyong begitu. Mulut yang aneh…

Saya terus mengikuti Mr.M yang terus pula mengucapkan kata-kata yang tidak jelas. Rupanya dia tidak suka dikirimi surat. Mungkin Mr.M lebih suka bila dikirimi amplop atau bunga. Ya, begitulah. Dalam pertemuan yang singkat itu hanya Mr.M yang banyak bicara mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas bagi seseorang yang mengaku tahu agama. Lucunya, Mr.M bilang bahwa ia sanggup melunasi hutangnya saat itu juga, namun sampai tulisan ini dipublikasikan, belum ada penambahan angsuran darinya.

Mr.M telah merampas skrip (dialog) yang seharusnya saya mainkan. Yang harusnya marahkan saya karena meminjamkan uang tapi belum dibayar sesuai waktu. Ya, saya harusnya bersyukur karena tidak sampai marah. Kalau ikutan marah, tambah jauh deh peluang angsuran itu dibayar.

Perilaku ini menunjukkan keunikan manusia yang bisa seperti hewan, bunglon. Sebelum meminjam, tampang dan perkataannya manis sekali. Tapi kalau sudah dikasih pinjaman, apalagi pas nunggak, weleh..weleh, mukanya itu loh gak nahan. Sebenarnya, kalau dia bilang baik-baik belum bisa bayar, khan enak. Dasar manusia….(keluhan utk diri sendiri juga)

Gambar : Agus Faizin, nasabah PMM yang baik. Bukan Mr.M loh

Tidak ada komentar: